KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani serta petunjuk dan kekuatan kepada penulis
sehingga makalah yang diberi judul “ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA "
bisa diselesaikan, walau masih banyak kekurangan kritik dan saran sangat
diharapkan penulis agar dapat lebih baik lagi dikemudian hari.
Makalah
ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar. Serta juga
dapat memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan
bertindak. Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, akan mampu menghadapi
masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar. Dan dengan
harapan semoga semua mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi yang
dimiliki serta bisa memahaminya.
Badung, 15 Januari 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
1)
KATA
PENGANTAR
2)
BAB 1
PENDAHULUAN
i)
Latar
Belakang
ii)
Rumusan
Masalah
(a)
Apa
teori kedatangan Islam ke Indonesia?
(b)
Apa
yang dimaksud perdagangan antarpulau?
(c)
Bagaimana
Agama Islam masuk istana raja?
(d)
Apa
yang dimaksud jaringan keilmuan?
(e)
Apa
bukti akulturasi dan perkembangan Budaya Islam?
(f)
Bagaimana
proses integrasi nusantara?
iii)
Tujuan
(a)
Mengetahui bagaimana Islam datang ke Indonesia
(b)
Mengetahui
tentang perdagangan antar pulau
(c)
Mengetahui
cara Agama Islam masuk ke istana raja
(d)
Mengetahui
dengan yang dimaksud jaringan keilmuan
(e)
Mengetahui
bukti akulturasi dan perkembangan Budaya Islam
(f)
Mengetahui
proses integrasi nusantara
3)
BAB 2
PEMBAHASAN
4)
BAB 3
PENUTUP
i.
Kesimpulan
5)
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada masa kedatangan dan
penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa, organisasi
pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang
bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut
antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan
budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial,
ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang
mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota
pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang
akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
2. Rumusan Masalah
·
Apa
teori kedatangan Islam ke Indonesia?
·
Apa
yang dimaksud perdagangan antarpulau?
·
Bagaimana
Agama Islam masuk istana raja?
·
Apa
yang dimaksud jaringan keilmuan?
·
Apa
bukti akulturasi dan perkembangan Budaya Islam?
·
Bagaimana
proses integrasi nusantara?
3. Tujuan
·
Mengetahui
bagaimana Islam datang ke Indonesia
·
Mengetahui
tentang perdagangan antar pulau
·
Mengetahui
cara Agama Islam masuk ke istana raja
·
Mengetahui
dengan yang dimaksud jaringan keilmuan
·
Mengetahui
bukti akulturasi dan perkembangan Budaya Islam
·
Mengetahui
proses integrasi nusantara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedatangan Islam di Nusantara
Kedatangan Islam di Nusantara menimulkan banyak
perdebatan mengenai bagaimana secara pasti ajaran Islam masuk ke Nusantara.
Terdapat tiga teori yang bisa menjadi acuan mengenai kedatangan Islam di
Nusantara.
1. Teori Gujarat
Sarjana-sarjana Barat mengatakan bahwa Islam masuk
berasal dari Gujarat, dan disebarkan oleh pedagang Gujarat yang telah memeluk
Islam dan berdagang ke dunia Timur sekitar abad ke-13 M. Pendapat ini juga
didukung oleh Moquetta yang berkesimpulan bahwa batu nisan Sultan Malik mirip
dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat
2. Teori
Persia
Adalah pendapat dari Hoesein Djajadiningrat yang
mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini didasari
atas kesamaan tradisi antara masyarakat Persia dengan Indonesia, diantaranya
Tradisi Tabot dan tradisi merayakan 10 Muharam.
3. Teori
Mekkah
A.H. Johns mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah
kelahirannya yaitu Mekkah dan proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir
yang datang ke Indonesia.
Ketiga teori tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain. Islamisasi di
kepulauan Indonesia mengalami proses yang panjang dan bertahap dari satu daerah
ke daerah lainnya. Salah satu tokoh yang paling disebut adalah Sunan Giri
sebagai penyebar Islam di Kepulauan Indonesia bagian Timur, dan dijadikannya
Ternate sebagai kekuatan Islam oleh rajanya, yaitu Sultan Zainal Abidin.
B. Islam dan
Jaringan P B. Perdagangan
Antarpulau
Masyarakat Nusantara pada umumnya adalah masyarakat pesisir yang kehidupannya
tergantung pada perdagangan antarpulau dan antarbenua. Kegiata perdagangan pun
sudah dimulai sejak abad pertama Masehi. Berdasarkan berita-berita Cina dan
Sejarah Indonesia yang telah dikaji, di Nusantara telah menunjukan adanya
jaringan-jaringan perdagangan antara kerajaan Cina dengan kerajaan di Kepulauan
Indonesia sampai abad ke-16 M. Sementara itu, kapal-kapal dagang dari Arab juga
sudah mulai berlayar ke Asia Tenggara pada abad ke ke-7 M. Banyaknya jalur
pelayaran mengakibatkan tumbuhnya kota-kota seperti Samudra Pasai, Malaka,
Kutai, dll.
Kemudian dari sumber literatur
Cina, terdapat kerajaan bercorak Islam seperti Samudra Pasai dan Malaka yang
tumbuh dan berkembang sejak abad ke-13 sampai abad ke-15 M. Selain itu terdapat
juga komunitas-komunitas Muslim di pesisir utara Jawa bagian timur. Hubungan
pelayaran dan perdagangan antara Kepulauan Indonesia dengan Arab semakin erat
dengan semakin berkembangnya aktivitas pelayaran dan kota-kota. Walaupun
pedagang Arab hanya transit di Indonesia dalam perjalanan ke Cina, tetapi
hubungan antar kerajaan terjalin secara langsung. Hubungan ini menjadi semakin
ramai menyusul pedagang Arab yang melarikan diri ke Raja Kedah dan Palembang
usai koloni mereka dihancurkan oleh Huang Chou dan melarang pedagang Arab masuk
Cina.
Ditaklukkannya Malaka oleh
Portugis pada 1511 M dan banyaknya ada perampok serta bajak laut mengakibatkan
berubahnya jalur pelayaran menuju pesisir Sumatra dan Sunda, dan lahirlah
pelabuhan perantara yang baru disana.
Perdagangan di wilayah timur
Indonesia lebih cenderung pada perdagan cengkih dan pala. Perdagangan cengkih
berpusat di Tidore dan Ambon, sedangkan komoditi pala berpusat di Banda. Pada
abad ke-15 M, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang Muslim dan dalam
perjalanan sejarahnya, masyarakat Muslim menjalin hubungan dengan bangsa
Portugis yang didorong oleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-rempah
yang dilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku. Sementara itu, hubungan
Ternate, Ambon, dan Jawa sangat erat sekali, ini ditandai dengan adanya seorang
raja yang dianggap benar-benar Muslim yakni Zainal Abidin yang terkenal sebagai
raja cengkih. Cengkih, pala, dan bunga pala hanya terdapat di Kepulauan
Indonesia bagian Timur dan ditanam di perbukitan di pulau-pulau kecil Ternate,
Tidore, Makian dan Motir. Selain itu, meningkatnya ekspor lada, dan
adanya perang di laut Eropa menambah berkembangnya pelayaran Islam di Samudra
Hindia. Pada zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam, sistem jual beli masih
dilakukan dengan cara barter.
Kemunduran perdagangan dan
kerajaan yang berada di daerah tepi pantai disebabkan karena kemenangan militer
dan ekonomi Belanda, dan munculnya kerajaan-kerajaan agraris di pedalaman yang
tidak menaruh perhatian pada perdagangan.
C. Islam Masuk Istana Raja
Agama Islam di Kepulauan Indonesia semakin berkembang, setelah dianut oleh penduduk
pesisir Indonesia, agama dan kebudayaan Islam semakin berkembang ke hampir
seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan agama Islam tidak terjadi secara
spontan, melainkan melalui suatu proses secara damai, responsif, dan proaktif.
Oleh, karena itu, masyarakat Indonesia yang belum menganut Islam mudah tertarik
dengan agama dan kebudayaan Islam. Banyak cara yang dilakukan untuk menyebarkan
agama dan kebudayaan Islam, baik melalui perdagangan, perkawinan, politik,
pendidikan, kesenian.
1. Melalui Perdagangan,
dengan letak geografis yang strategis Kepulauan Indonesia menjadi jalur
pelayaran perdagangan dunia, sehingga banyak pedagang Gujarat, Arab, dan Persia
yang menjalin hubungan di Kepulauan Indonesia.
2. Melalui Perkawinan,
pedagang Islam biasanya tinggal dalam daerah tertentu dalam waktu yang cukup
lama, sehingga banyak pedagang Islam menikah dengan penduduk pribumi.
3. Melalui Politik,
setelah agama Islam diterima oleh kerajaan, akan berdampak pada bergesernya
kepercayaan pengikut kerajaan tersebut, sehingga banyak kerajaan-kerajaan yang
berkembang dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam.
4. Melalui Kesenian,
para penyiar Islam menggunakan wahana kebudayaan sebagai sarana penyebaran
Islam di Kepulauan Indonesia.
Keempat cara diatas merupakan berbagai proses penyebaran agama dan kebudayaan
Islam di Kepulauan Indonesia. Penyebaran melalui politik merupakan penyebaran
yang bisa dianggap paling berhasil. Dalam hal politik dan kerajaan, raja
memiliki peranan besar bagi rakyatnya. Ketika raja memeluk Islam, rakyatnya
akan mengikuti karena rakyat memiliki kepatuhan tinggi kepada raja. Hal ini
terbukti dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai kerajaan yang menganut
kepercayaan Islam di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.
Berikut merupakan kerajaan-kerajaan Islam di Kepulauan Indonesia:
1. Kerajaan Islam di
Sumatra
Sumatra
merupakan daerah pertama yang didatangi oleh kaum Muslim, selain itu Sumatra
merupakan daerah yang sangat strategis dan berhadapan langsung dengan jalur
pelayaran perdagangan dunia. Berdasarkan catatan Tome Pires dalam Suma Oriental
dikatakan bahwa disumatra terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam seperti
Samudra Pasai, Kesultanan Acer Darussalam, Kerajaan-Kerajaan Islam di Riau,
Jambi, Sumatra Selatan, Sumatra Barat.
2. Kerajaan Islam di
Jawa
Islam
masuk ke Jawa melalui pesisir utara Pulau Jawa. Bukti sejarah tentang awal mula
kedatangan Islam di Jawa antara lain ialah ditemukannya makam Fatimah Binti
Maimun Bin Hibatulloh yang wafat pada tahun 475 H di Desa Leran, Kecamatan
Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan
Hibatulloh, salah satu dinasti di Persia. Disamping itu, di Gresik juga
ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasian yang meninggal pada tahun 822
H. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan makam Islam kuno.
Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam
keluarga istana Majapahit. Berdasarkan informasi ini tentu dapat disimpulkan
bahwa Islam itu sudah lama masuk ke Pulau Jawa jauh sebelum bangsa barat
menjejakan kaki di pulau ini. Kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa yaitu: Kerajaan
Demak, Kerajaan Mataram, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon.
3. Kerajaan Islam di
Kalimantan
Di
Kalimantan juga banyak terdapat kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam,
dianaranya adalah Kesultanan Pasir (1516 M), Kesultanan Banjar (1526-1905 M),
Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671),
Kesultanan Kutai Katanegara, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Sambaliung
(1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820), Kesultanan Pontianak (1771), Kesultanan
Tidung dan Kesultanan Bulungan (1731).
4. Kerajaan Islam di
Sulawesi
Munculnya
kerajaan-kerajaan Islam tidak terlepas dari perdagangan yang berlangsung pada
masa itu. Contoh dari kerajaan Islam yang berada di Sulawesi adalah Kerajaan
Gowa Tallo, Kerajaan Bone, Kerajaan Wajo, Kerajaan Soppeng, dan Kesultanan
Buton. Dari sekian banyak kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi, yang paling
terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo.
5. Kerajaan Islam di
Maluku Utara
Kepulauan
Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan dunia di kawasan timur
Nusantara. Mengingat keberadaan darah Maluku ini, maka tidak mengherankan jika
sejak abad 15-19 M, kawasan ini menjadi daerah rebutan antara bangsa Spanyol,
Portugis, dan Belanda. Sejak awal diketahui bahwa di daerah ini terdapat dua
kerajaan besar yang bercorak Islam yaitu Kerajaan Ternate dan Kerjaan Tidore.
Kedua kerajaan ini terletak disebelah barat pulau Halmahera, Maluku Utara.
Kedua Kerajaan itu pusatnya masing-masing di pulau Ternate dan Tidore, tapi
wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di kepulauan Maluku dan Papua.
Tanda-tanda awal kehadiran Islam ke daerah Maluku dapat diketahui melalui
sumber-sumber berupa naskah-naskah kuno dalam bentuk hikayat seperti Hikayat
Hitu, Hikayat Bacan, dan hikayat-hikayat setempat lainnya. Tentu sumber berita
asing seperti Cina, Portugis, dan lainnya amat menunjang cerita sejarah daerah
Maluku tersebut.
6. Kerajaan Islam di
Papua
Berdasarkan
sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah
berlangsung sejak lama. Bahkan berdasarkan bukti sejarah terdapat beberapa kerajaan-kerajaan
Islam di Papua, diantaranya: Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan
Silawati, Kerajaan Sailolof, Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati, Kerajaan
Kowiai, Kerajaan Aiduma, Kerajaan Kaimana. Ada beberapa pendapat tentang proses
masuknya Islam ke Papua. Pertama, Islam datang ke Papua pada tahun 1630 yang
disebarkan oleh mubaligh asal Aceh, Abdul Ghafar. Kedua, pendapat yang
menyatakan bahwa Islam disebarkan oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz
al-Qathan. Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa Islam disebarkan oleh
pedagang-pedagang Bugis. Keempat yang menyatakan bahwa Islam di Papua berasal
dari Bacan. Dan yang kelima yang menyatakan bahwa Islam di Papua berasal dari
Maluku Utara. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
masuknya Islam di Papua dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Maluku, hal ini juga
didukung dengan faktor letak yang strategis, yang merupakan jalur pelayaran
perdagangan rempah-rempah.
7. Kerajaan Islam di
Nusa Tenggara
Diperkirakan
kehadiran Islam di Nusa Tenggara khususnya di Lombok pada abad ke-16 M yang
diperkenalkan oleh Sunan Parapen, putra Sunan Giri. Sedangkan Islam masuk ke
Sumbawa diperkirakan datang lewat Sulawesi. Adapun beberapa kerajaan Islam di
Nusa Tenggara, diantaranya Kerajaan Lombok, Kerajaan Sumbawa, dan Kerajaan
Bima.
D. Jaringan Keilmuan di Nusantara
Sejak kerajaan Samudra Pasai mengalami
keruntuhan, jaringan keilmuan tetap berlanjut dan kerajaan Samudra Pasai
menjadi pusat studi. Ketika kerajaan Malaka masuk Islam, kerajaan Malaka juga
menjadi pusat studi bahkan dapat dikatakan berhasil menyainginya. Dan kemajuan
ekonomi kerajaan Malaka telah mengundang para ulama untuk berpartisipasi dengan
lebih intensif dalam proses pembelajaran Islam.
Keberhasilan Malaka dalam waktu singkat merubah konsepsi
dan sikap terhadap agama menyebabkan banyak para ulama besar dari mancanegara
datang. Hubungan antar kerajaan misalnya, Samudra Pasai, Aceh Darussalam, dan
Malaka sangat bermakna dalam bidang keagamaan dan kebudayaan.
Di Banten, fungsi istana sebagai lembaga pendidikan sangat mencolok. Bahkan
pada abad ke-17 M, Banten sudah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di Pulau
Jawa. Sedangkan di Palembang, banyak Sultan Palembang yang mendorong
pengembangan intelektual keagamaan.
Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam, telah berhasil menyatukan
wilayah Nusantara. Semua ilmu yang diberikan di lembaga pendidikan Islam di
Nusantara ditulis dalam Aksara Arab, baik dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu.
Selanjutnya berkembanglah pendidikan tersebut sampai ke rumah-rumah dan ke
tingkat yang lebih luas, pelajaran yang diberikan adalah menghafal al-Qur’an
dsb.
E. Akulturasi dan Perkembangan Budaya
Islam
1. Seni Bangunan
a. Masjid dan
Menara
Seni bangunan
Islam yang menonjol adalah masjid, dan masjid sendiri bermakna tempat bersujud.
Di Indonesia masjid memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Atapnya berupa atap
tumpang, tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan,
masjid umumnya didirikan di tempat strategis.
b. Makam
Pada
umumnya, makam yang lokasinya di atas bukit adalah makam yang paling dihormati.
2. Seni Ukir
Seni Ukir
di Indonesia pada zaman perkembangan Islam tidak diperbolehkan, ini
mengakibatkan kurang berkembangnya seni ukir di zaman madya. Walaupun begitu,
para seniman terus berinovasi dan melahirkan motif-motif seni baru. Contoh seni
ukir yang sampai sekarang masih ada adalah seni ukir pada gapura, masjid dll.
3. Aksara dan Seni
Sastra
Perkembangan
dan tersebarnya Islam di Kepulauan Indonesia membawa pengaruh terhadap aksara
atau tulisan. Disamping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra
tidak terlepas dari pengaruh budaya sebelumnya, hal ini mengakibatkan
terjadinya akulturasi budaya. Dilihat dari corak dan isinya, ada beberaoa jenis
seni sastra seperti: Hikayat, Babad, Syair, Suluk.
4. Kesenian
Di
Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan untuk
menyebarkan ajaran Islam, misalnya permainan debus, seudati, wayang.
5. Kalender
Sistem
kalender juga mengalami akulturasi budaya antara kebudayaan Pra-Islam dan
kebudayaan Islam.
F. Proses Integrasi
Nusantara
Integrasi
suatu bangsa adakah hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan adanya integrasi akan melahirkan satu kekuatan bangsa yang
ampuh dan segala persoalan akan dihadapi bersama-sama.
1. Peranan Para Ulama
dalam Proses Integrasi
Islam
mengajarkan tentang persamaan dan tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan
masyarakat, hal inilah yang menjadikan dasar bagi para ulama untuk menyatukan
berbagai elemen masyarakat yang ada agar menjadi satu bangsa.
2. Peran Perdagangan
Antarpulau
Proses
integrasi juga terjadi akibat dari perdagangan dan hubungan antara pedagang dan
pembeli dalam waktu yang lama akan menimbulkan suatu pergaulan dan kebudayaan
baru yang mendorong terjadinya proses integrasi.
3. Peran Bahasa
Pada
perkembangan agama Islam Bahasa Melayu adalah bahasa yang paling dominan
dipakai pada kehidupan sehari-hari. Bahasa merupakan hal yang sangat penting
dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Dengan begitu banyaknya suku bangsa yang
ada di Kepulauan Indonesia akan dibutuhkan satu bahasa yang mampu menyatukan
suku bangsa tersebut.
BAB
3
PENUTUP
Kesimpulan
Proses islamisasi
tidak mempunyai awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi lebih
merupakan proses berkesinambungan yang selain mempengaruhi masa kini, juga masa
yang akan datang.Islam telah dipengaruhi oleh lingkungannya, tempat Islam ber-pijak
dan berkembang. Di samping itu, Islam juga menjadi tra-disi tersendiri yang
tertanam dalam konteks
Agama Islam juga
membawa perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan memperkembangkan
budaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai daerah di
Indonesia selalu terjadi, meskipun kadang-kadang dalam taraf permulaan
mengalami proses pertentangan dalam masyarakat. Meskipun demikian, proses
islamisasi di berbagai tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapat
diterima oleh rakyat setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada
umumnya menunjukkan unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya.
Hal tersebut dilakukan oleh penyebar Islam karena di Indonesia telah sejak lama
terdapat agama (Hindu-Budha) dan kepercayaan animisme.
Pada umumnya
kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun
rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana
dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan
bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk mempertahankan atau
mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Sejarah Indonesia
kelas 10 Kurikulum 2013, Revisi 2017
dikaguze.blogspot.co.id/2015/10/islamisasi-dan-silang-budaya-di.html
https://lussychandra.blogspot.co.id/2014/04/makalah-sejarah-islamisasi-dan-silang.html
Izin copy, utk pembuatan tugas makalah sekolah 🙏
BalasHapus